Menulis



GUA
Sebuah tulisan dari admin yang masih belajar menulis..

"Sekarang..., GUA !!"
Ada banyak orang disekeliling Gua, ada begitu banyak yang peduli sama Gua sekarang ini, tapi dulu..., nggak ada satupun yang care sama Gua, sekarang mungkin karena ada faktor x nya yang bikin mereka peduli sama Gua.
Sedikit flashback, semenjak Gua SD, Gua udah ditinggalin ama kedua bonyok Gua, Gua dititipin sama nenek Gua, Gua ngerasa seolah-olah nggak ada yang peduli sama Gua, bayangin semenjak Gua SD Gua udah harus belajar mandiri, dimulai dari hal kecil, seperti nyuci baju sendiri, tidur sendiri, bahkan Gua nggak ngerasain kasih sayang kedua Bonyok Gua waktu itu. Gua tinggal sama kakek nenek Gua sampai Gua lulus SMP, sebenernya bukan waktu yang lama sih, Cuma 9 tahun, tapi Gua ngerasa kayaknya masa kecil Gua kurang klop, diwaktu Gua liat teman-teman Gua bersama kedua bonyoknya, Gua ngerasa seolah-olah Gua pengen cepat-cepat pulang kerumah dengan halaman yang luas, pemandangan yang indah di sore hari, dan ketemu ama kedua bonyok Gua, tapi Gua lantas terbangun, dan baru Gua ingat kalo Gua hanya sendiri.
Seperti kebanyakan anak yang ditinggalin sama kedua orang tuanya, masa kecil Gua suram bro, Gua menjadi liar dimasa SMP, cuma karena masalah sepele Gua hampir adu jotos sama Guru Gua masalahnya sih pas pada hari senin habis selesai upacara bendera, kemudian kami bergegas memasuki ruang kelas untuk mengkuti pelajaran PKn seperti biasanya, tak lama kemudian lalu terdengar suara orang-orang berlarian, berisik banget bunyinya seolah-olah mereka dikejar setan, nggak lama kemudian terdengar suara seorang siswa menentang seorang Guru dengan nada membentak, sontak suara, itu mengagetkan semua siswa/I dikelas Gua, tapi kemudian guru bidang studi yang mengajari kami pada saat itu bisa menenangkan situasi dan melanjutkan proses KBM, tak lama setelah semua siswa terdiam  lalu terdengar bunyi seseorang yang mengetuk pintu kelas kami, dengan nada yang tenang guru bidang studi yang sedang mengajari kami mempersilahkan orang-orang tersebut masuk keruang kelas, rupanya orang-orang yang mengetuk pintu adalah Guru-guru kami, “mohon maaf telah mengganggu proses belajrnya anak-anak”, kata salah seorang guru, setelah banyak cincong akhirnya salah seorang Guru mengeluarkan sebuah gunting, dan berkata, “sepertinya sekolah kita sudah mulai kendor disiplinnya, blablablabla…..”, mereka lantas memeriksa rambut satu persatu siswa sambil berkata "hari  ini kami mengadakan pangkas rambut gratis buat yang laki-laki" kata salah seorang Guru, ketika tiba giliran temen dua bangku didepan Gua, Gua kemudian berpura-pura sakit perut kemudian Gua minta izin, dan Gua keluar dari ruang kelas, Gua ngerasa seolah-olah udah aman, karena rambut Gua yang udah lama Gua panjangin akhirnya bisa Gua jaga ketuhannya, tak beberapa lama kemudian, ketika Gua pengen masuk kekelas Gua nngeliat seorang Guru masih berdiri didekat kelas Gua, dengan kaki yang gemetar perlahan Gua menuju keruang kelas Gua sambil sembunyi-sembunyi, ketika Gua rasa udah aman, dengan ssenyum yang lebar dan badan yang tegap Gua berjalan menuju ruang kelas Gua, satu dua langkah semua masih aman, langkah ketiga masih aman, langkah keempat lumayan aman, langkah kelima aman, langkah keenam bahu Gua langsung ditarik oleh seorang Guru, dan berkata “dari mana nak..??, kok nggak masuk kelas..??” ujar guru tersebut, Gua hanya membalas lewat senyum lebar Gua yang kata orang sih mirip sama senyumnya Vino G. Bastian, tapi kemudian guru tersebut mengeluarkan gunting dari sakunya, dan lantas Gua pun langsung melawan karena Gua yakin guru tersebut pengen memotong rambut cadas Gua, timbullah percekcokan disana sehingga siswa/I dan guru-guru lain yang sedang mengajar didalam kelas menjadi keluar, percekcokan berlangsung actual, padat, dan terpercaya, maksud Gua yang tak berujung hingga akhirnya guru tersebut hampir memukul Gua, Gua sontak mengelak dan membalas pukulannya, tapi guru tersebu juga mengelak, hingga kami dilerai oleh siswa/I lain, dan kami dibawa kekantor kepsek. Akhirnya rambut cadas Gua berubah menjadi rambut tak berprinsip, diatas gundul, didepan pendek, disamping naggung, dan dibelakang dibiarin panjang.
                Selama seminggu Gua nggak sekolah karena rambut tak berprinsip tersebut, gimana nggak, rambut itu seperti membuat Gua ngerasa seolah-olah kepanasan disalju, udah gitu, pak kepsek juga ngelarang Gua buat motong rambut selama seminggu setelah kejadian tersebut. Akhirnya selama seminggu itu, Gua habisin waktu cuma dengan tidur-tiduran dirumah nenek Gua. Gua malah ngerasa nyaman kayak gitu, terus Gua nambah masa nganggurnya menjadi dua minggu. Setelah dua minggu tersebut, Gua siap kembali kesekolah dengan rambut yang sudah di rapikan. Selama dua minggu Gua libur, ternyata Gua ketinggalan berita terbaru soal sekolah kami tersebut. Selama dua minggu Gua libur, ternyata selama dua minggu pula seorang siswi baru dengan wajah yang manis, rambut yang berkepang dua, dengan suara yang lembut menjadi seorang siswi idaman di sekolah  Gua. Sayangnya, Gua nggak pede buat ngedeketin dia, bahkan buat nanya namanyapun Gua nggak sanggup, Gua nggak nyangka, siswa nakal dengan mental baja, dengan semangat 45 bisa KO dan gemeteran kalo didekat dia. Satu minggu berlalu dengan hanya memandang wajahnya dari kejauhan, minggu kedua nggak jauh berbeda, tapi ada sedikit kemajuan, Gua udah bisa nngeliat dia dari jarak 50 cm, itupun semata-mata karena bocah yang duduk tepat dibelakngnya lagi sakit, yang kemudian bangkunya Gua pakai buat duduk dan buat sarana supaya Gua bisa melihatnya dengan jarak yang dekat, walaupun Gua cuma melihat punggungnya, tapi itu udah bikin Gua sangat bahagia, sehingga Gua betah dikelas selama seminggu tersebut. Dia mengingatkan Gua sama teman SD Gua dulu yang bernama Anisa, ngomong-ngomong soal nama, Gua belum sempat memperkenalkan nama Gua, kenalin nama Gua Adipati, kembali ke cerita, minggu ketiga setelah dia menjadi siswi baru Gua denger gossip yang berbunyi, wahai para cowok di SMP ini, janganlah engkau mendekati dia (cewek yang mirip Anisa), karena dia sudah ada yang memiliki. Setelah mendengar berita tersebut, kelakuan Gua kembali seperti semula, Gua kembali menjadi bocah nakal, yang sedikit gila. Gua jadi sering bolos, nggak ada niat buat masuk kelas, nggak ada semangat buat belajar, karena Gua ngerasa semuanya seperti nggak adil, Gua seperti diacuhkan sama orang-orang yang Gua sayangi, pertama bonyok Gua, terus cewek idaman Gua. Dan akhirnya Gua jadi sering ikut tawuran antar pelajar guna melampiaskan emosi Gua. Pertama, Gua tawuran sama SMP tetangga, masih karena masalah yang sepele, terus sama SMPnya teman Gua, hingga akhrinya Gua berhenti ikut tawuran karena dia yang sedang lewat hampir menjadi korban dalam tawuran tesebut.
Dua minggu kemudian Gua tobat, Gua kembali masuk kelas dan belajar, dua minggu kemudian ujian naik kelaspun dimulai, Gua dapat tempat duduk dibangku nomor 2 dari samping kiri, dan nomor dua dari belakang. Seperti kebanyakan siswa yang cuma belajar menjelang ujian, Gua nggak punya pilihan lain selain nyontek, karena pelajaran yang sempat Gua pelajari cuma sedikit. Kebetulan yang duduk dibangku sebelah Gua adalah dia, dia pintar, smart, dan untungnya dia murah hati, dia mau ngasih Gua nyontek kertas ujiannya, walaupun cuma 6 soal dari 10 soal yang harus dijawab, tapi itu sangat membantu. Hari berikutnya masih sama, dia masih mau ngasih Gua nyontek kertas ujiannya dengan peraturan yang sama. Hari ketiga sampai kelima semua masih bisa dilakuin dengan tenang, masuk hari terakhir guru pengawas memergoki Gua nyontek punyanya dia (cewek yang mirip Anisa), yaa otomatis guru tersebut naik pitam, tapi guru tersebut salah sangka, dia pikir dia (cewek yang mirip Anisa) yang nyontek punya Gua, padahal kebalikannya, Gua yang nyontek. Guru tersebut memarahi dia hingga dia hampir meneteskan air mata, melihat hal itu, Gua harus mengklarifikasi bahwasanya Gua yang nyontek, bukan dia. Untungnya guru tersebut percaya sama Gua. Gua Bener-bener nggak bisa ngeliat orang yang Gua sayang menjadi sedih karena dimarahi guru, maklumlah dia nggak pernah dimarahi sama guru karena dia anaknya baik dan rajin.
Ujianpun selesai, syukur Gua naik kelas dengan nila rata-rata 6.00, yang merupakan nilai terbaik Gua selama Gua sekolah disitu, tiba masanya kami libur selama dua minggu, dua minggu yang Gua lalui tersebut terasa seperi dua tahun, sangat membosankan, waktu yang berjalan seolah-olah seperti keong berjalan, sangat lambat. Gua nggak punya semangat buat ngejalani hidup seperti ini, tapi Gua punya satu tatapan, dimana Gua melihat dua minggu setelah itu Gua bakal ketemu sama dia yang rambutnya dikepang dua, dengan wajah manis, dan suara yang lembut. Itulah alasan yang membuat Gua bisa bertahan dalam menjalani hidup dua minggu yang sebenarnya membosankan itu.
Sekolahpun kembali dimulai setelah libur panjang yang membosankan, Gua begitu bersemangat buat datang kesekolah, Gua udah nggak sabar pengen ketemu sama dia yang rambutnya dikepang dua, dengan wajah yang manis, dan suara yang lembut tapi seperti biasa, Gua selalu terlambat, itulah salah satu penyebab sampai saat ini Gua nggak tahu siapa namanya, karena pas Gua masuk kelas pasti absensi hampir selesai dan Gua nggak ngeliat dia mengangkat tangannya pas di panggil waktu absensi, sial......!!!,,, selalu aja kayak gitu.
Dua tahun berlalu, kamipun lulus dari SMP tersebut dengan tanpa mengetahui namanya. Setelah lulus dari SMP, peradaban hidup Gua pun berubah, Gua ketemu sama orang-orang baru yang membawa hidup Gua kearah yang lebih baik, pertama Gua ketemu sama orang yang pintar, bijak, baik hati, rajin menabung, dan suka membantu ibunya, namanya Rangga, hehe, setiap Gua bertindak kearah yang salah dia selalu mengeluarkan kata-kata bijaknya, Gua hanya bisa terdiam mendengar ucapannya yang membuatnya terdengar lebih tua dari usianya, tapi ada baiknya Gua punya teman seperti Rangga, terus Gua ketemu lagi sama orang yang bertolak belakang sama Rangga, orangnya gila, super gila malahan, orangnya hitam, jelek, udah itu itu hidup lagi, tapi dia membawa perubahan dalam hidup Gua yang dulunya wajah Gua selalu dihiasi dengan tampang sangar seperti selalu marah kemudian berubah menjadi wajah yang adem dan selalu tertawa lepas, kadang nggak jelas penyebabnya, tapi kita juga tertawa, oiya Gua hampir lupa ngenalin namanya, namanya Rian, nggak cukup dengan ketemu sama dua orang, Gua lantas dikenalin sama teman mereka yaitu Riki, dan Fung, ya.. nama yang terakhir ini terdengar seperti bukan nama Indonesia, dia punya mata yang sipit, rambut yang ikal, tapi dengan kulit yang tidak putih, sama seperti Rian, Fung ini juga gila, kalau mereka ketemu dan ngobrol, pasti obrolan mereka nggak bakalan selesai, kalau diibaratkan seperti sinetron Cinta Fitri yang selalu ada season barunya, nggak selesai-selesai, tapi bedanya Gua nggak bosan mendengar ocehan mereka, sedangkan sahabat Gua yang satunya yang bernama Riki, orangnya tenang, nggak banyak omong, yang jelas nggak kayak orang berdua yang tadi, dan dari semua teman yang Gua kenal itu nggak ada satupun yang perokok, minum minuman keras, apalagi Narkotik, dengan inilah yang membuat keadaan kehidupan Gua menjadi berimbang dan selalu positif.
Kehidupan terus berlanjut, walaupun Gua belum bisa melupakan dia yang belum Gua ketahui namanya, tapi kehidupan Gua  terasa menyenangkan, selalu tertawa, ngumpul bareng dan bermain gitar di setiap malam. Gua masih ingat lagu-lagu yang sering kita nyanyiin setiap malam, hampir itu terus lagu yang kita ulang-ulang, sampai akhirnya kami sampai pada titik jenuh, titik yang membuat kami merasa bosan seperti ini terus, kami pengen ada perubahan dalam hidup salah satunya mungkin karena kami merasa membutuh sosok wanita yang tidak ada ditengah-tengah kami.
Lantas Gua teringat sama dia, cewek yang rambutnya dikepang dua, dengan wajah yang manis, dan suara yang lembut, Gua kepikiran bagaimana kabarnya ??, apakah rambutnya masih dikepang dua, apakah dia masih manis, apakah dia masih punya suara yang lembut, dan apakah dia sudah ada yang punya..??. lantas Gua mencari informasi tentang dia, tapi tetap nggak ada kabar yang Gua peroleh. dan Gua pun berhenti mencari informasi tentang keberadaan dan kabarnya. begitu Gua ketahui kabarnya dan bersiap untuk mulai petualangan mengejar cintanya, Eeh.. tau-taunya dua sahabat Gua juga menyukai cewek yang sama seperti yang Gua kejar. Gua pun berhenti mengejarnya, dan membiarkan sahabat Gua beraksi, tapi sayangnya sahabat Gua juga kayak gitu, mengalah demi sahabat yang lain, dan akhirnya orang lain juga yang mendapatkannya.
Tiba saatnya sahabat-sahabat Gua itupun menempuh jalan hidupnya sendiri, Rangga melanjutkan pendidikannya dan bekerja di salah satu perusahaan terkemuka di Sumatera Barat, Rian memperoleh pekerjaan di salah satu bandara penerbangan di Jambi, dan Gua harus melanjutkan pendidikan Gua masih di tanah kelahiran Gua, tapi sedikit ke kota. Gua mendaftar ke salah satu SMK di Kota Sungai Penuh, dan Gua lulus  disitu, disitu Gua ketemu sama orang-orang yang bisa saling menghormati, dan saling mengerti. Gua punya sahabat baru di situ, sahabat pertama Gua adalah Fred, orangnya putih, rambut kuning kemerah-merahan, dan rada pendiam orangnya, terus sahabat Gua berikutnya namanya Saputra, seperti biasa dalam pertemanan selalu ada  sosok yang kurang cakep, dan kali ini dia yang memperoleh peran tersebut. sahabat Gua berikutnya yaitu Diyal, orangnya lebih tinggi dari Gua, lebih gemuk dari Gua, tapi kalah ganteng sama Gua... hahay cadas, sahabat Gua berikutnya adalah Fildal, orangnya satu tahun lebih muda dari Gua, tapi seperi Rangga, Fildal ini orang bijak, kadang kata-kata yang dia keluarkan tidak sesuai dengan umurnya, terdengar lebih tua dari seharusnya usianya, tapi bedanya Rangga lebih mengarahkan hidup Gua menjadi pribadi yang matang di bidang pendidikan, sedangkan Fildal memberi motivasi kepada Gua di bidang percintaan, ya...,, kedua bidang itu merupakan bidang yang menjadi masalah besar dalam hidup Gua, untungnya dibidang pendidikan Gua udah bisa menuju kearah yang lebih baik berkat bantuan Rangga, sedangkan masalah yang satunya belum bisa Gua atasi, dan Gua sangat membutuhkan saran dari sang pujangga di kelas Gua dan itu Fildal.
Ditahun pertama di putih abu-abu Gua udah menyukai salah satu cewek, Gua nggak tahu apakah dia suka atau nggak sama Gua, seperti biasa, Gua cuma bisa melihatnya dari kejauhan, setiap Gua liat dia lewat, seolah-olah ada angin berhembus dengan lembut, Gua seperti melihat rambutnya terurai dengan sedikit kedipan matanya sehingga membuat Gua tersadar, “buset…, gile ni cewek” ujar Gua, “udah kayak bidadari dari Gua hantu aja, eep sory Gua ralat sedikit, maksud Gua udah kayak bidadari yang jatuh dari surga tepat dihadapanku eeaa…” sedikit mengutip dari lagu CJr.
Hari-hari berlalu, setiap hari Gua ketemu sama dia, Gua ngeliat dia, tapi sayang Gua nggak berani menghampirinya, Gua nggak berani bertanya siapa namanya..?, hal ini membuat Gua gusar, keesokan harinya Gua udah nyiapin rencana supaya Gua bisa tau namanya, tapi masih saja Gua nggak berani, hamper putus asa Gua jadinya, tapi Gua mendengar salah satu sahabat Gua yaitu Fildal memnggilnya, “Aliya…!!, nih flashdisk kamu yang kemarin aku pinjam” ujar Fildal sambil memberikan flashdisk kepada Aliya, “owh, udah selesai emangnya..??” jawab Aliya, “udah kok, thank’s ya..” sambung Fildal, “sama-sama” jawab Aliya dengan nada yang lembut dan senyuman yang indah. Gua langsung terpana melihat senyumannya, “gilee…, Loe nggak salah pilih orang buat lo kagumi, Di” ujar Gua dalam hati, dari situlah Gua mulai tahu siapa namanya..?, ternyata nama Aliya, nama yang indah sangat cocok dengan orangnya.
Hari terus berlalu, Gua masih menyusun rencana buat bisa mendekati Aliya, ada banyak rencana yang Gua buat, seperti abjad, rencana Gua ada dari A sampai Z, saking banyaknya, Gua nggak tahu mana yang pertama yang mesti Gua jalankan dari rencana tersebut. Dengan rencana sebanyak itu, Gua yakin kalo Gua pasti bisa mendapatkan Aliya. Kelamaan memilih rencana mana yang mesti Gua jalankan, sampai akhirnya Aliya pun menjadi milik orang lain, sumpah Gua nggak bisa nerima ini semua, pengen Gua cabik-cabik pakaian temen Gua, pengen Gua sayat-sayat tangan temen Gua, tapi Gua kembali berpikir, salah apa temen Gua terhadap Gua, sampai-sampai Gua kepengen berbuat sekeji itu terhadap temen Gua, temen Gua itu nggak salah apa-apa, tapi Guanya yang salah, terlalu lama memulai, terlalu lama berpikir, terlalu takut mendekati dia. Keesokan harinya Gua ketemu sama Aliya, sayangnya dia ditemani sama cowoknya, mereka berjalan dengan berpegangan tangan, “ANJRIIITTT….!!!”, ujar Gua dengan suara yang keras sehingga membuat siswa-siswi lain yang berada di situ memandang Gua dengan wajah yang penuh tanda tanya, kemudian temen Gua bertanya kepada Gua “ada apa mas bro..?”, “nggak, pulpen Gua ketinggalan dikelas”, jawab Gua, “ha..???, cuma gara-gara pulpen ketinggalan dikelas Loe sampai segitunya ??, sambung temen Gua, “hmm, sory, Gua agak lebay tadi”, tandas Gua sambil berjalan kedalam kelas mencari sesuatu yang tidak tertinggal sebenarnya.
Keesokan harinya, Gua seperti mengalami dejavu, kejadian kemarin seperti terulang lagi, Gua kembali ketemu sama Aliya, yaa…, seperti biasa masih ditemani sama cowoknya, dan seperti biasa pula, Gua kembali mengeluarkan suara yang keras tapi kali ini kata-katanya berbeda dari sebelumnya, Gua berteriak, “BANGSAAAATT…!!!, temen Gua kembali bertanya, ada apa mas bro..??, “nggak.., pulpen Gua yang ketinggalan kemarin, hilang !” jawab Gua, “hadeeeeh…, ada apa sih sebenernya sama pulpen itu, sampai segitunya loe, atau mungkin…??”, sambung temen Gua dengan wajah yang penuh tanya sambil melirik ke Aliya,” “nggak, nggak, bukan karena dia” sambung Gua sambil melihat ke Aliya,”hmmm, nggak bisa bo’ong Loe ama Gua, orang Gua nggak nanya, Loe malah jawab nggak – nggak bukan karena Aliya”, Gua langsung cabut dari situ, dan ninggalin temen Gua sendirian. Keesokan harinya, dejavu Gua terasa terulang lagi, Gua kebali ketemu sama Aliya, dan dengan ditemani sama orang yang sama yaitu cowoknya, tapi kali ini Gua udah bisa ngendaliin diri, Gua udah nggak lagi mengeluarkan suara yang keras, Gua udah bisa bersikap tenang dalam menghadapi situasi ini, tapi setelah kejadian itu, Gua langsung ke kamar kecil, Gua masukin kepala Gua kedalam baik yang berisi air, trus Gua teriak dalam bak itu, “SIAAAAL…….!!!”, Gua isatirahat sebentar dengan mengeluarkan kepala Gua dari bak tersebut, lalu Gua lanjutin dengan season kedua, Gua kembali masukin kepala Gua kedalam bak tersebut, dan Gua kembali berteriak, “BANGSAAAAATTTT….”, setelah selesai Gua kembali meengeluarkan kepala Gua dari bak tersebut, dan Gua bisa keluar dari kamar mandi itu dengan perasaan sedikit lega.
Dua bulan berlalu, Gua mulai berpikir, Gua nggak bisa seperti ini terus, Gua harus bisa Move On dari Aliya, tapi itu sangat sulit buat Gua, Gua masih ngeliat Aliya setiap hari, dan hal itu membuat Gua nggak bisa move on dari Aliya, disinilah peran seorang sahabat sangat Gua butuhkan, dan untungnya tanpa Gua minta, Fildal udah membantu Gua move on dari Aliya, Fildal mulai memberikan masukan, memberikan saran dengan kata-kata bijak yang membuatnya terlihat seakan-akan lebih tua dari usianya seharusnya, dengang bantuan Fildal, Gua mulai bisa move on dari Aliya, meskipun belum spenuhnya, tiga hari berturut-turut Fildal selalu mengeluarkan kata-kata yang membuat dia kelihatan lebih tua dari usianya seharusnya, dan itu sangat membantu, cuma butuh beberapa persen lagi sampai Gua benar-benar pulih dan bisa move on. Selang seminggu kemudian, Gua dikenalin sama seorang cewek yang bernama Linda, melalui perantara Fildal, “Sin…!!, mau kemana..?”, tanya Fildal, “nih aku mau ke perpustakaan, mau minjem buku,” jawab Linda, “buku apaan emangnya ?” Fildal balik bertanya, “buku Fisika, soalnya lagi banyak tugas, jadi butuh beberapa buku buat dijadiin pedoman” jawab Linda, “oowwh, oiya kenalin temen Gua” sambung Fildal sambil mengarahkan pandangannya kepada Gua, “Linda…,” sambung Linda dengan suara yang lembut sambil mengulurkan tangannya kepada Gua, “Gua Adipati”, jawab Gua sambil menyambut uluran tangannya. Keesokan harinya seperti biasa Gua, Fildal, Diyal, Saputra sedang duduk bersama temen-temen lainnya dengan topik perbincangan yang penuh canda, ditengah-tengah pembicaraan Fildal berkata “eh bro…, salah satu tmen Kita punya fans Loe..!!, “haa, yang bener ??, siapa emangnya ??”, tanya Saputra dengan nada yang ingin tahu, “coba Gua tebak, Pasti Adipati kan..??” sambung Diyal, “lah, kok Gua..??, iya sih Gua tahu kalo Gua tu emang tampan,” sambung Gua dengan nada candaan, “lah, Loe tau dari mana, Yal,??” tanya Fildal, “yaiyalah Gua tahu, orang beberapa adik kelas kita itu minta no hpnya Adipati sama Gua !” jawab Diyal, “idiihhh..,, bener-bener Loe Di, Gua ngiri lo ama Loe” sambung Saputra, “bagi-bagi donk mantranya, biar kita-kita bisa punya fans kayak Loe gitu” sambung Diyal, “gile Loe, Loe pikir Gua percaya ama gituan..??, Gua nggak punya tu yang gituan” jawab Gua, tapi cewek yang Loe bilang ngefans ama Adipati tu siapa sih orangnya..??” tanya Saputra. “Ntar Loe juga tau kok orangnya” jawab Fildal, “kasih taulah siapa orangnya ?” tanya Diyal, “OK, orangnya Linda”, jawab Fildal, “haa..??!!, Linda yang anak XI IPA itu..??” tanya Diyal, “hm hm, seratus buat Loe” jawab Fildal, mendengar perbincangan mereka Gua hanya bisa menelan air liur Gua,
 Pada mulanya Gua nggak ada perasaan sedikit pun terhadap Linda, tapi lama-kelamaan perasaan itu berangsur-angsur tumbuh. Gua mulai memperhatikan dia, mulai dari sikapnya yang pemalu, rambutnya yang panjang, dan senyumnya yang manis. Singkat cerita, kamipun jadian, satu Minggu pertama semua terasa manis, masuk keminggu kedua, masih manis, Minggu ketiga manis Minggu keempat Gua udah pegal nyiumin surat, maklumlah kita pacaran lewat surat dan hampir nggak pernah ketemu, dan akhirnya kamipun menyudahi hubungan ini tepat sebulan setelah jadian.

Dan Gua baru menyadari bahwa cewek yang Gua inginin dan Gua butuhin adalah cewek yang udah bikin Gua berteriak didalam bak mandi, cuma dia bukan yang lain. Hal itu Gua sadari karena selama Gua menjalin hubungan dengan Linda, Gua selalu keingat sama Aliya. Terkadang waktu Gua nulis surat buat Linda Gua juga memikirkan Aliya, Gua ngerasa seolah-olah surat yang Gua tulis adalah buat Aliya, dan Aliya yang bakal membacanya tetapi nyatanya surat itu nggak pernah nyampe ke Aliya, yaa.. nggak salah sih karena surat itu emang untuk Linda, meskipun isinya buat Aliya. Nggak lama kemudian Gua mendengar soal keretakan hubungan Aliya sama cowoknya, Gua nggak tau apa yang Gua rasain, Gua sedih jika ternyata Aliya sedih dengan keretakan hubungannya, tapi Gua seharusnya sedikit senang karena Gua bakal punya kesempatan buat bisa bersama-sama dengan Aliya, tapi Gua nggak bisa ngerasa senang sedikitpun. Namun.., Gua ngeliat dia (Aliya) fine-fine aja, bahkan seperti nggak terjadi apa-apa, Gua liat dia tersenyum lepas, dan itu membuat Gua sangat bahagia. Selang beberapa minggu kemudian, Gua mulai melakukan pendekatan dengan Aliya, berbeda dengan sebelumnya dimana Gua udah nyiapin ribuan rencana yang nggak pernah dimulai, namun kali ini Gua melakukan PDKT tanpa satupun rencana, hanya mengalir aja. Bahkan Gua lebih sering melakukan PDKT lewat media sosial seperti facebook, Gua nggak nyangka kalo dia ngerespon Gua, Gua masih ingat pesan pertama yang Gua kirim ke dia, waktu itu Gua pura-pura nanya masalah ujian, sebenarnya Gua udah tau kalo cuma jurusan Gua yang masih ada ujian mata pelajaran lain buat besoknya, tapi Gua masih nanya sama dia apakah dia masih ujian besok. Tapi dari pesan pertama itulah yang membuat Gua semakin bersemangat buat ngejar dia, padahal dia nggak lari tapi kok sulit buat ngejarnya dan menangkapnya.
Semua itu terasa sangat menyenangkan, walaupun sulit buat mengejarnya tapi Gua nggak pernah capek buat mengejarnya, Gua nggak pernah ngerasa bosan. Hari-hari Gua terasa sangat menyenangkan, Gua jadi lebih sering nongol di media sosial cuma buat supaya Gua bisa chatingan sama dia. Obrolan kita nyambung 1001 %, bahkan Gua sering tertawa bahagia membaca pesannya, dan Gua yakin dia juga tertawa bahagia membaca pesan dari Gua. Sempat beberapa kali Gua ngajak dia jalan, tapi selalu aja pas waktunya dimana dia punya kesibukan yang membuat Gua harus menerima ketika dia mengatakan “maaf aku nggak bisa, aku harus ngejenguk temanku di rumah sakit”, hal itu sedikit membuat Gua drop, tapi Tuhan sepertinya memang sudah mentakdirkan kami sebagai jodoh karena sekitar sepuluh menit kemudian bokap Gua manggil Gua dan mengajak Gua kerumah sakit guna menjenguk temannya bokap Gua yang lagi dirawat dirumah sakit, dalam hati Gua berkata “jodoh emang nggak kemana” dan Gua pun berangkat kerumah sakit sambil berharap bisa bertemu dengan Aliya dirumah sakit sehabis Gua menjenguk temannya bokap Gua pastinya, ditengah perjalan tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, untung Gua naik mobilnya bokap Gua jadi nggak basah. Akhirnya Gua sampai dirumah sakit, dan Gua langsung bergegas menjenguk temannya bokap Gua, setelah selesai menjenguk temennya bokap Gua, Gua langsung pergi keluar dari ruangan tersebut dan berkeliling dirumah sakit tersebut sambil berharap supaya bisa membuat Aliya terkejut bisa bertemu dengan Gua dirumah sakit karena Gua nggak ngomong kalo Gua bakal kerumah sakit buat nemuinnya, setelah lama berkeliling Gua masih nggak ngeliat senyum manisnya, Gua masih nggak ngeliat mata indahnya, Gua masih nggak ngeliat dia, “Aliya kamu dimana, aku udah dirumah sakit lo buat nemuin kamu.......??!” itulah pesan singkat yang Gua kirim ke Aliya, yang masih belum dia balas, tak lama kemudian Gua liat dia ........... dia di obrolan aktif di facebook, tapi dia masih nggak ngebalas pesan Gua, Gua ngerasa sepertinya dia mempermainkan Gua,  dia bilang mau pergi kerumah sakit buat menjenguk temannya, tapi nyatanya mana..??, dia nggak ada disini, dirumah sakit ini, mungkin itu cuma alasannya biar dia bisa nggak jalan sama Gua, mungkin dia malu jalan ama Gua karena Gua orangnya malu-maluin, hal tersebut membuat Gua terdiam seribu bahasa diam tanpa kata sebelum hanphone Gua berdering sehingga menyadarkan Gua dari khayalan buruk tingkat Dewa yang merasuki pikiran Gua, dan ternya itu pesan dari Aliya, “maaf Di, Liya nggak jadi kerumah sakit soalnya tadi hujan, jadi temen-temen yang lain membatalkan niat mau kerumah sakit, mungkin besok kami menjenguk teman kami itu”. Yaa seperti itu lah, ternyata Gua salah udah ngira kalo dia emang udah ditakdir sebagai jodoh Gua, huh. Tapi Gua nggak patah semangat, Gua masih punya kesempatan buat menjadikannya sebagai jodoh yang ditakdirkan Tuhan buat Gua. Dan Gua pun meneruskan perjuangan Gua.....................................


Tobe Continued

2 comments:

Tak ada gading yang tak retak!!
Komentar dan masukan yang bersifat membangun selalu kami harapkan, demi kebaikan bersama.

Pages